Perkembangan Futsal Zaman Modern
1. MANCANEGARA
Perkembangan Futsal Zaman Modern di mancanegara berkembang sangat pesat
sekali, sehingga banyak jebolan sepak bola yang bertalenta datang dari
dunia futsal . Adalah Negara- Negara di Amerika Latin yang sukses
melahirkan jagoan- jagoan seperti sebut saja Ronaldinho, Robinho, Kaka
dan masih banyak lagi.
Yang menjadi kunci keberhasilan mereka di lapangan hijau adalah karena futsal memberikan banyak manfaat yaitu;
Kegesitan bergerak karena lapangannya yang sempit membuat setiap pemainnya harus aktif bergerak.
Keakuratan operan karena dalam futsal tidak ada kata delay sehingga bola harus terus mengalir dari kaki- kaki setiap pemainnya.
Skill
individual sehingga pemain dituntut kreatif dalam membangun serangan
yang tidak bisa hanya mengandalkan skill dasar dikarenakan sempitnya
lapangan futsal dan ketrbatasan pemain.
Untuk cakupan perkembangan
futsal di mancanegara tidak terlalu banyak berubah. Futsal menjadi
sesuatu olahraga alternatif bagi orang yang menyukai sepakbola sehingga
jumlah penngemarnya pun semakin banyak tiap tahunnya.
2. DALAM NEGERI
Untuk bahasan yang lebih mendalam kita bisa menelisik perkembangan futsal di Indonesia, karena disadari atau tidak futsal sudah menjadi olahraga favorit akhir- akhir ini. Untuk pertama kalinya futsal dibawa dan diperkenalkan oleh Almarhum Ronny Pattinasarany (1949- 2008) yang dinobatkan sebagai Bapak futsal Indonesia. Beliau dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949 – meninggal di Jakarta, 19 September 2008 pada umur 59 tahun[1]) adalah pelatih sepak bola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia.
Pria yang bernama lengkap Ronald Hermanus Pattinasarany memulai kariernya pada era 1970-an hingga 1980-an, saat sepak bola Indonesia menjadi salah satu raksasa di Asia, Ronny Pattinasary
menjadi salah satu yang ikut melambungkan nama tim merah-putih. Pria
berdarah Ambon yang lahir di Makassar itu dikenal sebagai sosok pemain
papan atas.
Penghargaan yang diperolehnya
seperti Pemain All Star Asia tahun 1982, Olahragawan Terbaik Nasional
tahun 1976 dan 1981, Pemain Terbaik Galatama tahun 1979 dan 1980, dan
meraih Medali Perak SEA Games 1979 dan 1981.
Perjalanan kariernya sebagai
pemain bola dimulai bersama PSM Junior pada tahun 1966. Dua tahun
kemudian berhasil menembus level senior tim PSM Makassar. Dari Makassar,
Ronny hengkang ke klub Galatama, Warna Agung, yang dibelanya
dari tahun 1978 hingga 1982. Di sinilah kariernya mulai menanjak
sehingga dia pun terpilih masuk dan menjadi kapten timnas. Tahun 1982, Ronny
hengkang ke klub Tunas Inti. Hanya setahun di sana, dia pun memutuskan
untuk gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih.
Kariernya sebagai pelatih pun
pantas diacungi jempol. Ada beberapa klub yang pernah merasakan sentuhan
tangannya, yakni Persiba Balikpapan, Krama Yudha Tiga Berlian, Persita
Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar Utama, Persitara Jakarta Utara
dan Persija Jakarta. Namun prestasi terbaik yang pernah ditorehkan Ronny
adalah ketika menangani Petrokimia Putra saat sukses mempersembahkan
beberapa trofi bagi klub tersebut yang saat ini sudah bubar dan melebur
dalam Gresik United (GU). Ronny membawa Petrokimia meraih Juara Surya Cup, Petro Cup, dan runner-up Tugu Muda Cup.
Ronny Pattinasarany berpulang
19 September 2008 di setelah dirawat beberapa hari di Omni Medical
Centre, Pulo Mas, karena penyakit kanker hati yang dideritanya hampir
setahun. Semenjak divonis mengidap kanker ganas itu pada medio Desember
2007, Ronny Pattinasarany, yang lahir 9 Februari 1949 di
Makassar, menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit khusus
kanker Modern Hospital Guangzhou, China.
Walaupun telah berpulang ke pangkuan Tuhan, jasa Ronny
sebagai pahlawan futsal Indonesia masih tetap dikenang. Laga- laga yang
ditujukan untuk mengenang beliau dihadirkan oleh orang- orang yang
menyayanginya seperti pertandingan Laga sepak bola segitiga pada Sabtu
(25/7) mulai pukul 14.00 WIB di Lapangan Timnas PSSI, kompleks Gelora
Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar